JEMBER, TADATODAYS.COM – Kabupaten Jember menduduki posisi ketiga di Jawa Timur dalam penemuan kasus tuberculosis (TB). Per 11 Desember 2023 terdapat 5.373 kasus ditemukan.
Data tersebut dipaparkan oleh Kepala Dinkes Jember dr. Hendro Soelistijono dalam acara Konferensi pers pernyataan bersama penanganan TBC Kabupaten Jember yang digelar Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (Yabhysa), Rabu (13/12/2023).
Hendro menjelaskan, salah satu kendala penanganan TBC selama ini adalah belum maksimalnya pendeteksian kasus. Kelemahan pendeteksian itu, kata dia, bukan tanpa alasan. Rendahnya pemahaman masyarakat serta adanya stigma buruk pada penderita TB membuat tim kesehatan kesulitan mendata sehingga tidak bisa segera diobati dengan tahapan yang benar.
Oleh karena itulah pihaknya meminta agar masyarakat dan semua pihak non pemerintah, baik yang fokus pada isu TB seperti Yabhysa, maupun pihak lain misal Jurnalis ikut membantu menyosialisasikan tahapan pengobatan. Termasuk melaporkan jika ada masyarakat yang terindikasi terkena TB.
”Penanganan TB pertama butuh deteksi dan ini butuh gelombang besar (Kerjasama,red) dari semua pihak,” katanya.
Ia menambahkan, dalam rangka mempercepat cakupan penemuan dan pengobatan kasus TB, jelang akhir tahun ini pihaknya akan segera menggodok rancangan aksi daerah (RAD) dan juga mempersiapkan tim percepatan eleminasi TB yang nantinya akan di SK resmi oleh Bupati.
Sementara itu, Ketua Yabhysa Kabupaten Jember Wahyu Ramadhan mengungkapkan saat ini yayasanya telah memiliki 150 kader yang tersebar di 50 wilayah Puskesmas se Kabupaten Jember. Melalui kader TB-nya itu, temuan kasus TB selama tahun 2023 mengalami peningkatan dengan estimasi suspect TB, mencapai 29.516 kasus pada tahun 2023.
Besarnya angka temuan tersebut menurutnya membawa dua kemungkinan. Kemungkinan pertama etos kerja kader TB berjalan sanagt baik. Atau kemungkinan kedua banyaknya temuan kasus TB bisa dikarenakan banyak masyarakat yang selama ini terkena TB namun enggan melapor kepada tenaga kesehatan terdekat.
Wahyu mengatakan, pihaknya mendukung penuh proyeksi RAD yang diinisiasi oleh Dinkes Jember. Selaku, NGO yang fokus pada penanggulangan TB ia melihat rencan itu sebagai secercah harapan. Untuk itu, pihaknya mengusulkan agar penyusunan RAD melibatkan semua pihak. Selain itu, alumnus Universitas Muhammadiyah Jember itu juga mendorong adanya aksi nyata kolaborasi antar Organisasi Perangkat Daerah.
“Dengan adanya aksi-aksi nyata dari dinas terkait menambah sinergi eliminasi TB, sehingga pasien terjamin,” katanya. (as/why)